Kata orang bijaksana, hidup itu pilihan. Dan sama seperti hidup, bersyukur juga merupakan sebuah pilihan. Apakah bersyukur berarti pasrah dan menerima apa adanya? Sebuah pertanyaan umum, menurutku. Semudah - mudahnya mendengungkan kata bersyukur, ternyata tidak mudah untuk menerapkannya. Bukankah begitu? Kita mudah mengatakan kepada orang lain untuk ikhlas namun kita tidak pernah sukses untuk menjadi benar - benar ikhlas. Kita dengan mudah mengatakan kepada orang lain untuk melupakan, tapi kenyataannya, kita tidak pernah benar - benar mampu melupakan, dan seterusnya, dan seterusnya.
Dan sama seperti bersyukur tadi yang menjadi pilihan hidup. Bersyukur atas segala kehidupan yang kita jalani, bersyukur atas keluarga yang carut marut, bersyukur atas keuangan yang seringkali tidak jelas, bersyukur meski belum punya rumah, bersyukur meski menginap dihotel bintang 6 hanya sekedar impian, bersyukur bisa ke kantor meski cuma naik bis, bersyukur punya kekasih yang bikin pusing, bersyukur meski di bohongi rekan bisnis, dan seterusnya. Dan mudahkah kita benar - benar mampu mengucapkan rasa syukur atas semua keadaan?
Rasanya tidak begitu. Seperti aku mungkin bisa dengan mudah mengatakan untuk hidup dengan rasa syukur ketika aku berbagi pesan dengan orang lain. Tapi ketika menjalankannya? Aku tersenyum sendiri. Ternyata butuh satu langkah berani untuk menciptakan sebuah revolusi bersyukur tadi. Ternyata ketika sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan ada didepan kita untuk dihadapi, bukan sebuah langkah mudah untuk mengucapkan kata syukur. Bersyukur kalau masih bisa menghadapi masalah, bersyukur bila punya atasan tidak menyenangkan, bersyukur bila kenyataan tidak sesuai dengan keinginan kita, bersyukur ketika punya rekan bisnis yang sangat menuntut, bersyukur kalau harus lomba jantung untuk kejar target, bersyukur hanya bisa makan seadanya disaat oranglain makan enak. Butuh sebuah pernyataan pribadi untuk hidup dengan rasa syukur. Dan butuh mimpi yang besar untuk menjadi orang yang lebih baik, lebih sukses, lebih bahagia, lebih bijak dan seterusnya sehingga kita mampu lebih mudah untuk mengucap syukur.
Maka aku mulai belajar bersyukur untuk hal - hal yang paling sederhana. Bersyukur diberikan mimpi besar untuk memberkati orang lain, bersyukur bisa memberi meski kekurangan, bersyukur aku masih bisa menghirup udara yang tidak semua orang bisa menikmatinya, bersyukur aku masih bisa melihat birunya langit meski sedikit berasap, bersyukur hidup secukupnya disaat banyak orang bergelimang kemewahan, bersyukur dibohongi rekan bisnis, bersyukur masih bisa makan pecel lele di pinggir jalan, bersyukur dan bersyukur. Dan ternyata ketika mulai bersyukur, hidup yang aku jalani terasa lebih mudah.
Saat aku bersyukur saat menghadapi bawahan yang sulit diatur, aku belajar memahami manusia itu berbeda dan membutuhkan penghargaan. Saat aku bersyukur karena dibohongi rekan bisnis, aku lebih belajar untuk lebih berhati - hati dalam memilih rekan bisnis. Saat aku tergagap tidak dapat menjawab pertanyaan petinggi, aku belajar untuk lebih banyak belajar tentang banyak hal. Saat aku bersyukur karena kesulitan keuangan, aku belajar lebih kreatif menciptakan peluang. Saat aku bersyukur masih bisa menghirup udara, aku belajar menghargai kehidupan hari ini. Saat aku bersyukur untuk ditinggalkan orang yang dikasihi, aku belajar untuk menjadi ikhlas dan menerima perubahan.
Dan ternyata bersyukur itu tidaklah terlalu sulit untuk dijalankan ketika menjadi pilihan hidup dan berani sedikit merendahkan hati untuk diajar atas setiap pengalaman itu. Dan ini adalah pilihan.
Maret 2011