Beberapa waktu lalu saya bercengkerama dengan salah satu klien saya yang kebetulan cukup asyik untuk diajak berdiskusi. Bagi banyak profesional, kalau saya boleh menyebutnya begitu, maka pertanyaan saya yang sangat standar untuk memulai pembicaraan adalah "sibuk?"
Tentu saja karena kami sudah cukup akrab, klien saya tersebut mulai bercerita tentang bagaimana perusahaan tempat ia bekerja, berkumpullah orang - orang yang gila kerja. Lalu celetuk saya begini, "wah bagus dong, asal tetap life balance ya; pekerjaan, keluarga, teman, diri sendiri dan ibadah."Kemudian rekan saya ini tertawa, lalu ia celetuk begini, "kalau pekerjaan memang seimbang bu tapi tidak untuk aspek lain yang tadi disebutkan. Kacau ya saya ini."
Jadilah kami diam sebentar dan ia mulai bercerita banyak tentang kehidupannya yang sangat sedikit saya ketahui sebelumnya. Pulang saya merenung. Begitu sulitkah untuk menjadi seimbang dalam hidup? Tak salah bila saya mendengar slogan, 'yang penting kualitas, bukan kuantitas.' Nah loh, gimana mau omong kualitas, wong kuantitas saja belum tentu tercapai. Jadilah saya berkaca. Apakah kehidupan saya sudah seimbang atau saya hanya bekerja terus menerus lima belas jam sehari namun melupakan yang lain, yang sebenarnya lebih esensial? Kehidupan seperti apa yang saya cari sebenarnya?
Aku berusaha mengingat - ingat bagaimana saya mengisi kehidupan saya setiap harinya. Berapa lama saya meluangkan waktu saya untuk bekerja, istirahat, keluarga, teman, orang - orang disekitar saya, kehidupan rohani saya, mengisi otak saya yang kadang kosong atau sekedar mengistirahatkan diri untuk kembali kepada esensi saya sebagai manusia. Dan nyatanya, saya belum seimbang. Entah anda.
Bila pekerjaan sebagai hal yang utama dalam hidup anda, perhatikan apakah kita mulai mengabaikan keluarga kita atau orang - orang yang kita kasihi. Atau bila keluarga anda adalah yang utama, perhatikan apakah anda melalaikan kewajiban anda yang lain? Ini faktanya dan sudah begitu banyak orang yang mengalaminya. Maaf sebelumnya bila anda marah dengan ujar saya. Bila anda mulai fokus terus menerus terhadap satu hal, anda akan kehilangan yang lainnya. Parahnya lagi, mungkin saat ini anda sedang merasa kesepian meski sedang berada ditempat ramai.
Bila keluarga, pasangan atau orang yang anda kasihi meninggalkan atau tidak peduli dengan anda, jangan salahkan mereka. Mungkin anda tidak pernah memberi cinta dan waktu saat mereka membutuhkan.
Bila sakit menimpa anda, jangan salahkan Tuhan kenapa Ia memberikan cobaan kepada Anda. Mungkin anda yang kurang bersyukur untuk menjaga tubuh anda.
Bila hati anda menjadi dingin, jangan salahkan orang lain kenapa hati anda menjadi dingin. Mungkin anda yang menutup hati anda dengan pikiran dan keinginan serta ego anda.
Lalu? Anda sendiri yang tahu.