Mari kita berhenti sejenak... dari hiruk pikuk kemacetan, kesibukan dan keserakahan
serta ego kita sebagai manusia. Sebentar saja.
Mari kita berhenti sejenak dari seluruh label yang melekat ditubuh kita; entah sebagai rakyat, penguasa, atasan, bawahan, tukang parkir, pendeta, koruptor... sebentar saja
Mari berhenti sejenak dalam gerimisnya bumi...dalam cinta dan perdamaian..
dalam jati diri kita sebagai manusia
Aku terbangun dan berhenti sejenak...
Menghirup udara melalui paru - paru yang menyempit dan denyut jantung yang kian tak beraturan
Aku berhenti sejenak atas sebuah pertanyaan kehidupan
Mengapa aku ada disini? Mengapa aku menjadi buah bibir? Mengapa ada massa yang mencemooh dan memuji? Aku... lagi...biasa saja
Mari berhenti sejenak...
Melepaskan beban yang menggelayuti bahu kita diantara selipan doa
dan kepolosan serta ketidakberdayaan kita
Mari berhenti sejenak dari kesombongan dan menyalahkan orang lain
Dari kemunafikan dengan jari menunjuk - nunjuk
padahal mungkin kita lebih buruk dari mereka
padahal mungkin awan dan petirpun tak peduli menyapa kita
Mari berhenti sejenak mengistirahatkan kaki kita
Dari keserakahan dan ambisi menjatuhkan; dari bibir yang menyumpah orang lain
padahal mungkin mereka lebih bijaksana dari kita
padahal mungkin hati mereka lebih tulus dari kita
Bukankah hidup ini indah?
Ketika matahari terik menguasai tubuh atau ketika hujan datang malu - malu dibalik awan?
Ketika mendengar suara burung gereja yang kian menjauh
atau deru knalpot dan asapnya
Mari berhenti sejenak... duduklah sebentar
Biar jiwa kita mengenal dirinya, mengenal tujuannya
Mari berhenti sejenak.... menjadi apa adanya kita
Giring kita dalam eksistensi kita sebenarnya
Setidaknya... sedikit saja...menemukan jalan kita sendiri
sebagaimana Sang Khalik meniupkan jiwa kita
Mari berhenti sejenak... sebentar saja
26 Mei 2011 21:40 wib