Setelah beberapa lamanya, terwujud juga waktu saya untuk berkencan dengan seseorang yang berarti dalam hidup saya.
Ibu saya. Dan tentu saja, sang bunda yang memang terkenal senang berbicara di lingkungan keluarga saya, mengisi kencan kami dengan berbagai cerita yang seakan - akan tidak ada habisnya. Dan seperti biasa juga, saya mendengarkan dan berkomentar sesekali. Pikir saya, kalau saya banyak berbicara juga, trus siapa yang mendengarkan :D.
Dan mulailah ia bercerita beberapa situasi yang sedikit saya mau share disini. Bukan untuk membuat gosip baru, hanya menarik sebuah makna kehidupan yang sekarang ini mulai luntur. Beberapa teman sang bunda bertanya mengenai sikapnya yang seakan - akan tidak tegas ketika salah seorang saudaranya mengambil keuntungan atas kebaikan yang ia berikan. Itu pertama. Yang kedua adalah kenapa sang bunda mau jauh - jauh mengunjungi saudaranya yang notabene (menurut mereka) tidak berkecukupan lalu membagi hartanya meski ia sendiri sedang mengalami kesulitan keuangan. Ini komentarnya, "karena mereka adalah saudara - saudara saya. Kalau mereka menyakiti saya, apa untungnya buat saya dengan menyakiti mereka juga? Apa untungnya buat saya? Atau bila saya mengunjungi saudara saya yang kaya, apa untungnya buat saya? Toh mereka sudah berkecukupan dan mungkin harta saya tidak mereka perlukan."
Mungkin bila orang yang belum mengenal pribadi bunda, mereka akan beranggapan beliau sebagai orang yang arogan, ketus dan agak pelit (karena seneng nawarnya itu kalau belanja). Namun saya belajar dari pribadinya. Ia menjadi apa adanya, tanpa perlu dipoles supaya orang lain menyukai dia, atau mengenakan pakaian merk terkenal atau perhiasan mahal. Ia pribadi yang sederhana, apa adanya. Dan satu hal lagi, ia mengasihi saudara - saudara dan orang disekelilingnya tanpa syarat. Mengapa saya berkata demikian? Karena saya melihat sendiri bagaimana ia diperlakukan dan bagaimana responnya atas perilaku tersebut. Termasuk mencintai ayah saya dengan tanpa syarat, tidak menuntut dan apa adanya. Lalu saya pernah iseng bertanya kenapa tidak menuntut? Apakah mom tidak punya mimpi seperti orang lain? Jawabnya sederhana, "no, I have dreams for my family, for my daughter and for my self. But I love him. I don't need to change him as I want to. Saya sudah memilih dan saya menjalani pilihan saya tanpa syarat."
Bagaimana anda mencintai orang - orang disekeliling anda? Pasangan anda? Anak anda? Orangtua anda? Saudara anda? Sahabat - sahabat anda? Atau mungkin karyawan atau orang - orang disekeliling anda? Apakah anda menuntut mereka menjadi seperti apa yang anda inginkan? Atau anda mengingat - ingat kesalahan mereka untuk menjadi karti troof anda? Atau anda hanya memberi kepada mereka yang menguntungkan anda? Atau anda hanya mengasihi orang - orang yang tidak pernah menyakiti anda? Berarti kalau begitu sesungguhnya kita belum benar - benar mencintai tanpa syarat.
Lalu saya merenung. Apakah saya sudah mengasihi orang - orang disekitar saya tanpa syarat? Saya terdiam. Sedikit malu dengan sang bunda yang masih mampu mengasihi tanpa syarat dan apa adanya. Mungkin kalau saya bisa menyimpulkan, ia adalah seorang wanita terbaik di dunia bagi ayah saya. Dan saya? Saya jauh sekali dibanding dirinya. Saya masih sering menuntut orang yang saya kasihi untuk melakukan apa yang saya mau. Atau saya baru mau memberi bila seseorang memberi keuntungan buat saya. Atau saya menyimpan dendam terhadap orang yang menyakiti saya da saya menjadikannya senjata untuk menyerang orang lain. Apakah saya sudah mengasihi tanpa syarat? Ternyata belum. Ternyata hati saya ini, kalau bisa dibilang kubangan, ya kubangan. Belum menjadi mata air yang jernih dari pegunungan. Kalau kemudian saya mendapati diri saya tidak mampu membenci atau menjauhkan diri dari seseorang, saya tidak tahu apakah karena saya sudah menerima tanpa syarat atau hati saya yang mulai ndablek.
Anyway, I would like to say thank you to My Sheperd who has given me the best mom ever. She teached me how to be me. She treated me as a princess and of course, she accepts me as the way I am. From her, I learned how I am being loved and how to love. Dot without comma. Bukan mengasihi karena. Saya juga teringat dengan almarhum papa dengan sikap dermawannya. Membagikan sesuatu tanpa berharap kembali. Buatnya, uang itu bisa dicari, namun menyebar kebaikan dan kasih kepada orang lain yang mungkin tidak bisa membantumu disaat kamu perlu, butuh keteguhan hati untuk melakukannya.
Jadi? Mengasihi ya mengasihi saja. Titik tanpa koma. Melakukan segala sesuatu yang bisa ia lakukan karena kasihnya kepada orang - orang tersebut. Bukan karena. I am amazed to have parents like you both.
Sudahkah anda mengasihi tanpa syarat? Saya? Masih terus belajar untuk itu.
Date with mom 30 Oct 2011