Satu ketika seorang rekan bisnis saya mengirimkan pesan singkat seperti ini, "malam ibu. Saat ini organisasi kami sedang mencari dana untuk kegiatan sosial. Bila berkenan, saya akan mengirimkan proposal sumbangan kepada ibu." Degg. Mulailah saya berpikir atas alasan apa saya memberikan sumbangan dan semoga alasan saya adalah benar.
Dan bagian dari pribadi saya yang ngeyel berkata, "sudah kasih saja. Lumayan dapat pahala, siapa tau dengan elo nyumbang elo malah dapet rejeki lebih banyak, sekalian deh elo dapat nama. Dikenal sebagai orang yang suka menyumbang." Trus satunya lagi berkata, "kalau mau nyumbang ya nyumbang aja, ga usah pake cari - cari alasan apa. Emang elo pikir Siempunya punya duit perlu disumbang? Itu titipan bos."
Dan akhirnya.... saya pikir tidak perlu ditulis disini.
Maka saya kembali mengevaluasi diri saya. Apakah saya melakukan sesuatu dengan mengharapkan sesuatu juga atau saya cukup melakukan saja dengan menganggap memang itu tugas saya sebagai manusia. Apakah ketika saya memberi sesuatu berupa uang kepada orang yang membutuhkan, apakah saya berharap mendapat rejeki lebih banyak dari yang Khalik? Atau bila saya banyak memberikan sumbangan, saya berharap bisa dikenal oleh banyak orang sebagai pribadi yang dermawan? Atau bila saya membantu orang lain dari tidak bisa menjadi bisa, saya berharap suatu saat orang tersebut akan membantu saya untuk kepentingan saya?
Apa alasan anda melakukan sesuatu? Ketika anda memberikan zakat atau perpuluhan atau sumbangan kepada panti asuhan, orang tidak mampu? Bukan saya mau menghakimi orang lain. Cuma hati nurani saya kadang bingung bila melihat acara televisi seorang pejabat atau pengusaha atau artis perlu memberi informasi kepada media saat ia memberikan sumbangan. Supaya dilihatkah atau ya sekedar kebetulan saja tertangkap kamera? Atau perlukah bikin susah orang yang sudah susah dengan mengantri uang sepuluh ribu sambil berdesakan dirumah sang kaya? Itupun saya bingung. Lagi - lagi hati saya berbicara, "kok malah ngomentarin perilaku orang lain?" Darr. Iya juga. Maka kembali lagi saya kepada diri saya.
Apakah saya berusaha menyogok Ia yang saya sembah? Ketika memberi zakat atau perpuluhan, apa alasan saya? Untuk mencuci uang yang tidak 'bersih'kah? Berharap supaya makin banyak diberikah?
Apakah saya berusaha menyogok Tuhan ketika saya membantu sesama saya supaya saya terus berkelimpahan?
Apakah saya berusaha menyogok Tuhan supaya saya mencapai kesuksesan ketika saya bekerja lebih keras dari orang lain?
Dan hatiku lagi berbicara, "Duh neng. Hidup aja kok susah bener. Ngapain juga lo nyogok - nyogok Tuhan. Wong semuanya punya si Babe. Tinggal menjentikkan ujung kukuNya, ya ente lenyap dari muka bumi ini. Wuss."
Pheww. Iya juga. Jadi ngapain perlu susah - susah mikir mencari - cari alasan atas sesuatu.
Jadi mulailah saya berpikir gampang dan memang ga perlu susah - susah dengan volume otak saya yang kecil ini. Ya kalau mau memberi, ya memberi saja. Ga usah berharap sesuatu. Toh memang seharusnya memberi. Kalau bekerja keras, ya bekerja keras saja, toh memang sudah kewajiban sebagai mahluk bumi ini. Kalau membantu ya membantu saja. Ga usah ribut saya akan mendapat apa setelah membantu.
So? Ya sederhana saja. Ketika anda mau melakukan sesuatu, yakini saja lalu melangkah dengan iman anda dan ga usah rusuh dnegan alasan - alasan yang akan membuat kita tidak menjadi apa adanya. Dan tidak perlu menyogok Tuhan dengan uang anda atau tenaga anda. Ia mampu membantu dirinya sendiri. Tapi anda disini ada supaya bisa menjadi berkat bagi orang - orang disekitar anda. Titik. Tanpa koma.
Jangan berusaha menyogok Tuhan lagi ya. Good Day!