Saturday, January 28, 2012

Menikah itu...

Dua pekan terakhir ini saya menghadiri dan membantu beberapa pernikahan teman dekat dan saudara saya.  Dan keduanya, menurut saya, mengalami hal yang sama. Dua - duanya mengalami kepusingan yang sama. Persiapan pernikahan yang notabene fokus kepada perayaan nikah dan pernak - perniknya. Tentu saja, tidak hanya membuat pusing kedua pasangan tersebut tetapi juga keluarga dan teman dekat mereka. Mulai dari tempat, catering, bunga, pakaian, undangan de el el. Mulai dari merogoh kocek tabungan sampai dengan hutang di bank hanya untuk sebuah; yang banyak orang bilang pernikahan sekali seumur hidup.
Maka saya berpikir, apakah pernikahan itu hanya sebuah ritual semata yang berusaha tampil terlihat indah, menawan, glamor dan seterusnya. Dan mungkin yang paling parah, lantas kita lupa kenapa alasan kita menikah dan bahwa pernikahan itu tidak seperti dongeng pengantar tidur dimana ada putri dan pangeran tampan lalu hidup bahagia selamanya. Atau jangan - jangan kita menjadi terbuai dengan dongeng - dongeng itu lalu terbawa kedalam situasi khayalan dan kemudian berhenti. Berhenti atas esensi pernikahan yang sebenarnya.

Maka ini kata saya kepada teman dekat dan saudara saya tersebut satu bulan sebelum menikah. "Apa sih alasan elo menikahi dia?" Dan tentu saja jawaban standar yang saya dapat. "Saya mencintai dia." Pups. Lagi saya bertanya, "cinta dia karena apa adanya." Dan mereka mulai bingung. Entah karena berusaha mengingat - ingat kenapa atau memang tidak tahu jawabannya. Dan seseorang berkata kepada saya. "Saya cinta dia karena dia baik dan mengerti saya." Saya tersenyum. Kalau ternyata dia menjadi pribadi yang tidak baik terus makin sering tidak mengerti kamu, jadinya ga cinta lagi dong. Kata saya iseng.

Dan ini pernyataan dari saya yang mungkin terlalu realistis soal pernikahan, termasuk tentang cinta. Jangan menikah bila kamu tidak tahu alasanmu menikahi orang tersebut. Mungkin ini juga pernyataan yang saya tujukan kepada diri saya sendiri. Entah saat ini kamu punya pasangan atau kamu mencintai pasanganmu dengan alasan apapun. Pastikan juga kamu punya alasan untuk memilih menikah dan tidak menikah. Dan pastikan juga kamu benar - benar punya alasan yang kuat untuk mencintai seseorang.

Kalau lo mencintai or menikahi seseorang karena dia perhatian, baik, kaya, pintar de el el yang serba kamu lihat n bisa kamu rasakan, siap - siap saja cintamu akan luntur ketika yang tadi kamu sebutkan perlahan - lahan berubah dengan tuntutan - tuntutan yang sebenarnya tidak perlu.

So kembali ke masalah nikah tadi. NIkah itu ya bukan masalah pestanya yang meriah, banyak undangan, makanan enak, pelaminan indah, de el el. Kata saya kepada sahabat dekat saya waktu ia pusing dengan persiapan nikahnya begini, "udah ga usah pusing, acara nikah cuma 2 jam. Yang penting gimana jalaninnya." Entah buat kamu, itu bebas saja. Tapi menurut saya yang terpenting sebelum nikah adalah siap mental dan siap kenyataan bahwa nikah itu tidak seperti dongeng holywood or sinetron or novel yang kamu baca. Kompleks dengan dinamikanya dan tinggal kamu yang memutuskan mau bahagia apa tidak dengan pernikahanmu, ya kamu yang membuat dan memutuskannya (red: saya kutip dari ibu saya :p).

Jadi daripada pusing - pusing mikir biaya nikah yang sekarang selangit, mending tuh uang diberdayakan buat yang lain, entah rumah or investasi or yang lain yang bisa mendukung masa depan kamu. Trus acara nikahnya? Ya ga usah repot - repot. Ke KUA or gereja or vihara or pura buat dapat restu trus catatan sipil then makan - makan keluarga aja or nikah tamasya yang bisa menyenangkan kalian berdua. Simpel kan?

Ya memang hidup itu simpel termasuk urusan nikah. Toh orang dulu saja mau nikah ga repot. Kenapa kita sekarang jadi mesti direpotkan oleh karena ulah para pebisnis dunia nikah yang membujuk kamu beli produk mereka.

Nikah itu simpel trus kenapa kita buat jadi begitu kompleks?

Jadi apa nikah menurutmu?