Friday, January 27, 2012

Hukum sebab - akibat

Beberapa hari lalu saya membaca timeline salah satu teman saya yang menanyakan, "percaya karma ga?" Mungkin akan ada yang bilang tidak, ada juga yang mengiyakan. Kalau orang tanya ke saya maka jawabannya tidak, yang saya percaya adalah hukum sebab akibat. Bila anda melalukan x maka akan berakibat y. Trus apa bedanya dengan karma? Ya sama saja. Karma, sebab akibat, tabur tuai, dan seterusnya; tergantung bagaimana cara mendefinisikannya, juga kepercayaan anda.
Seperti misalnya begini: bila anda sudah bekerja keras dalam pekerjaan Anda, maka akibat dari kerja keras tersebut Anda tercukupi kebutuhan materi anda. Tapi ketika kerja keras membuat anda melupakan peran anda sebagai orangtua, pasangan, anak de el el, ya bisa saja berakibat mereka tidak merasa dekat dengan anda atau mungkin anak anda menjadi begitu tidak terkontrol oleh anda. Kok bisa? Ya bisa. Karena hukum sebab akibat merupakan satu kesatuan dari setiap tindakan yang anda lakukan maka akan memberi akibat yang saling terhubung. Bingung bahasa saya? Saya juga bingung.

Atau mungkin bila anda pernah naik roller coaster, Anda tentu merasakan naiknya adrenalin anda, bisa teriak sekencang - kencangnya atau ada orang yang ketakutan setengah mati dan (maaf) muntah setelah turun dari situ. Sebabnya karena roller coaster, akibatnya ada yang senang tapi ada juga yang stress. Ga nyambung juga? Memang kalau tengah malam menulis, semua menjadi tidak nyambung.

Trus kalau karma? Ini kata nenek saya. Kalau karma itu ya apa yang anda lakukan sekarang akibatnya mungkin bukan kepada anda tapi kepada anak cucu anda. Tapi saya lebih percaya bahwa itu karena cause effect. Bila anda menabur kebaikan sekarang, ya anda akan menuai kebaikan juga. Kalau anak anda mendapat kebaikan, itu karena efek bola salju anda yang mengenai dia. Namun kalau anak anda tidak bisa mempertahankan taburan kebaikan tadi, ya tentu saja kalau yang namanya efek bola salju, lama - lama akan hilang khasiatnya. Dampaknya akan kebalikannya; buat anak anda atau mungkin cucu anda dan seterusnya.

Kalau ada yang bilang, "saya sudah dua puluh tahun kerja keras tapi begini  - begini saja. Engga kaya - kaya." Nah kalau orang berkomentar begini saya suka bingung. Buat saya kalau sudah bekerja keras terus mendapat hasil yang berlebih itu namanya bonus. Tapi kalau cukup saja, itu namanya ya sesuai takaran atas kerja keras anda. Tapi coba deh untuk lebih jauh melihat dengan jujur: apakah benar kondisi anda begitu - begitu saja? Coba bandingkan keadaan anda dulu dengan sekarang? Beda ga? Atau jangan - jangan Anda tidak menyadari perbedaannya? Salah satu saudara jauh ibu saya pernah berkata hal yang sama kalau hidupnya ya begitu - begitu saja. Terus kami berdua cuma saling memandang. Ini faktanya. Memang secara ekonomi beliau tidak dapat disebut kaya (bila dibanding para orang kaya jakarta dengan mobil mewahnya) namun kami melihat perbedaan hidupnya 20 tahun lalu. Dua puluh tahun lalu beliau tidak punya rumah, nebeng sana sini bahkan buat makan di kaki lima saja susah. Nah sekarang, sudah punya rumah yang lumayan luas buat ukuran jakarta, mobil  dan anak - anak yang bisa kuliah juga bisa makan di resto seminggu sekali. Bukannya itu namanya perubahan ya?

Jadi ya itu. Hukum sebab - akibat itu pasti berlaku cuma seringkali yang kita hitung hanya bila akibatnya naik secara drastis dan kita melupakan yang kecil - kecil dan sebenarnya kalau dikumpulkan ternyata jauh lebih besar dari yang anda bayangkan. Maka saya sendiri percaya hukum sebab - akibat dalam keluarga saya dan sahabat - sahabat terdekat saya. Semua baik, semua indah, semua mulia dan semua membahagiakan. Kalau ternyata belum berbahagia? Mungkin harus mulai belajar menghargai nilai terkecil sekalipun sama seperti saya bukan main senangnya ketika dihidangkan nasi panas, sambal terasi buatan mama plus tempe goreng. Buat saya itu sebuah berkat yang luar biasa.

Atau bila anda mengatakan, "saya sudah berbuat kebaikan tapi yang saya terima sebaliknya." Nah kalau saya akan mengatakan mungkin anda belum melihat kebaikan dibalik yang anda rasakan. Atau ya memang anda sedang diajar untuk menjadi bijak atas kehidupan. Karena apapun itu, semua berkat bila kita bisa melihatnya sebagai berkat.

Jadi? Berperilaku saja secara benar. Kalau dulu pernah salah, ya jangan buat kesalahan lagi. Kalau masih terus bikin tindakan yang ngga tepat? Saatnya refleksi dan menyadari hukum sebab akibat tetap berlangsung. Mungkin efeknya tidak sekarang. Saya sendiri pernah mungkin sering buat kesalahan, namun ya sadar diri. Ga usah ulang kesalahan yang sama tapi bukan berarti kita menarik diri dari orang - orang sekitar kita. Mereka yang mengajar anda untuk jadi pribadi yang lebih baik.

Selamat berperilaku ya!