Sunday, May 29, 2011

Janji Manis

Pernah dijanjikan seseorang tentang sesuatu? Atau berjanji kepada seseorang tentang sesuatu?

Ini masalahnya. 
Bukankah kita begitu mudah mengucapkan sesuatu dan berjanji bahwa kita akan memegang janji itu dan menggenapinya? Mungkin Anda tidak tetapi saya begitu.
Berapa sering Anda berjanji namun tidak dapat menepatinya? Berapa sering Anda dikecewakan karena janji seseorang terhadap diri anda namun tidak menepatinya?
Mana yang lebih baik? Memegang janji tapi tidak menepatinya atau tidak berjanji sama sekali.
Aku sendiri, dan lebih baik seperti itu buatku saat ini; aku lebih memilih tidak berjanji apapun daripada aku ternyata tidak dapat menepatinya. Pernah dengar janji muluk? Pernah mengalaminya? Atau pernah mengucapkannya? (red : orang tipe sales sering melakukan ini).

Kita kadang, bahkan sering, sangat kesal dan marah ketika seseorang tidak menepati janjinya. Ketika seseorang begitu manisnya berucap namun ternyata ditengah perjalanan ia tidak mampu menggenapinya (dan menurut hematku, seringkali peristiwa tertentu membuat kita akhirnya tidak mampu memegang janji itu). 

Atau pernahkah sadar bahwa mungkin orang tersebut merasakan hal yang sama.

Contohnya hari ini. Seseorang, sebut saja Mr X yang meminjam uang setahun lalu dan berjanji untuk mencicil tiap bulan hingga selesai. Dan aku adalah tipe orang yang percaya dengan janji seseorang (bukan atas nilai uangnya, tetapi kesetiaan memegang ucapan) yang akhirnya setelah didiamkan beberapa lama, yang bersangkutan tidak menepati janjinya. Awalnya iya, beberapa kali namun kemudian lupa untuk setia terhadap janjinya. Bagaimana kita bisa mempercayai seseorang atas perkara besar bila ia tidak mampu setia akan perkara kecil. Atau dalam hal ini, bagaimana aku bisa percaya memberi tanggung jawab yang lebih besar bila ternyata orang tersebut tidak mampu setia menyelesaikan perkaranya sampai tuntas? Dan akhirnya aku memutuskan untuk tidak melibatkannya dalam sebuah proyek yang cukup besar.

Mari kita berkaca. Dan akupun harus berkaca juga (mungkin lebih dari yang lain). 

Bukankah kita terlalu sering begitu mudahnya berucap namun baru berpikir belakangan setelah ada kejadian - kejadian yang tidak menyenangkan orang lain?

Entah kamu seorang penguasa, pemimpin, orang kaya, pekerja, koruptor, pendeta, pendosa, terserah saja apa yang ingin kamu sebut; berapa sering kita berjanji atau mengatakan akan menyelesaikan atau mengatakan bisa tapi kenyataannya bertolak belakang?

Aku menepuk jidat. Bukankah kita, lebih tepatnya aku, lebih mudah mengajarkan orang lain untuk setia memegang perkataan namun kenyataannya tidak? 

Jadi jangan salahkan orang lain bila orang tersebut tidak lagi mempercayai anda atau memutuskan tidak lagi loyal dengan anda atau menyebut anda penipu ulung? 

Terserah saja.

Maka aku memutuskan untuk berkata ya bila ya dan berkata tidak bila tidak. No place for janji manis (meski untuk menepatinya membutuhkan usaha ekstra)

Sunday. 20.23