Friday, January 6, 2012

Cinta Mula - Mula

Saya baru saja menyelesaikan beberapa bagian yang diberikan sahabat saya Philip, penulis buku KEMBALI BERDETAK. Dari sekian ribu buku yang saya baca selama ini, saya mendapati buku sederhana ini mampu mengubahkan dan memberi inspirasi sederhana tentang menjalani kehidupan yang sederhana, apa adanya dan maksimal. Tuinggg. Saya terkekeh. Kok saya jadi promosi buku? Tenang, saya bukan manajer penjualannya :D.

Kalau lihat judul blog saya hari ini, jujur itu saya kutip dari buku tersebut. Setidaknya, isi dari ceritanya menghentak jiwa saya. Menghentak beberapa hal yang saya lakukan selama ini. Tentu saja, pasti dari semua kita pernah mengalami yang namanya jatuh cinta (bila saya boleh menggunakannya namun terasa janggal di telinga saya). Jatuh cinta dengan seorang wanita/pria, dengan kelahiran anak, dengan pekerjaan baru atau impian baru. Lalu setelah melalui proses waktu, cinta yang menggebu - gebu tadi mulai deh padam, seperti lampu minyak yang kehabisan sumbu.

Kalau di awal semuanya terasa indah, baik, istimewa, semua terasa bisa dilakukan lalu lama kelamaan muncul ingin lebih, ingin serba saya dan kamu salah. Atau bila saya jatuh cinta dengan pekerjaan baru saya; yang tadinya antusias lama - lama membuat saya bosan, jenuh, tidak menemukan yang beda lalu saya merasa saya harus mencoba hal yang baru, bisnis baru atau orang - orang yang baru. Nyatanya, ya seperti yang Philip bilang, semuanya akan kembali ke kondisi jenuh tadi.

Maka saya berpikir, apa yang membuat saya mencintai seseorang, sesuatu? Ya sederhana saja. Karena sesungguhnya saya tidak berpikir. Saya melakukannya dengan spontan; tidak membanding - bandingkan atau menuntut atau mencoba memaksakan keinginan saya (nyatanya dan faktanya: kita tidak selalu bisa). Dan ketika saya menuntut sesuatu, jadilah saya mengalami burn out; ya dalam hubungan, dalam pekerjaan, juga cara berpikir saya.

Lalu? Apa yang membuat saya tetap mencintai?
Saya juga bingung. Kalau soal mimpi saya dan bagaimana saya tinggal dalam mimpi saya, tetap mencintai mimpi saya untuk menjadi kenyataan; ya dengan mencintai apa adanya. Bukan karena uang, kedudukan, kompetisi atau kekuasaan. Ya karena saya mau bermimpi dan melakukannya. Sisanya: hanya reward terhadap apa yang saya lakukan. Kalau ternyata ga kesampaian? Ya tenang aja. Ikuti prosesnya, tetap pegang mimpinya setiap hari dan setia saja lalu lihat hal - hal indah dibaliknya (entah saat target belum tercapai, tim yang membandel atau konflik dengan kolega, toh semua jadi terasa manis ketika memetik buahnya).

Atau ketika seseorang bertanya kepada saya mencintai seseorang padahal ia...... ? Saya ya tidak tahu. Mungkin karena cinta itu sederhana. Toh saya mencintai dia ya seperti dia, bukan seperti saya. Karena saya mendapatinya satu paket; dengan kelebihan dan kekurangannya. Pernah burn out? Yes. Saat saya menuntutnya melakukan apa yang saya inginkan. Kecewa? Yes. Saat saya tidak mendapat apa yang saya mau. Jadi masalahnya karena semua menuju ke saya, bukan keluar. Masih cinta? Yes. Karena cinta bukan keputusan dan bukan perasaan. Kalau dia tidak mencintai lagi? Aku diam sebentar. Sederhana saja. Itu urusannya, bukan urusan saya. Ya saya mencintai apa adanya saja. Dan nanti, bila memang waktunya, dia ga akan kemana - mana (optimis atau ngarep? mengutip istilah hitman system). Mungkin harus dibedakan antara merasa mencintai dan memutuskan untuk mencintai.

Lalu saya bertanya lagi. Saya masih mencintai semuanya? Yes. Saya mencintai pekerjaan saya yang setiap hari ada saja muncul peristiwa lucu, mendebarkan, menyenangkan (terutama saat klien bayar fee :p ) atau kadang momen yang biasa saja sesuai prosedur. Yes, saya mencintai seseorang sampai saat ini. Ya kadang hanya dapat cueknya, atau tiba - tiba perhatian atau dengan segala macam bumbu yang membuat saya harus berpikir jauh lebih realistis. Saya mencintai dengan pemikiran filosofisnya, dengan masa lalunya, dengan kelemahan dan kekuatannya yang kadangkala bikin saya greget.

Apakah akan bertahan? Mungkin saya tidak seoptimis Philip. Kalau ditanya seperti itu, saya akan berpikir lama. Semoga saja, sepanjang saya berpikir dan merasa dengan sederhana tanpa embel - embel. Hanya jadi diri saya sendiri.

Apakah anda masih mencintai seseorang, pekerjaan, mimpi atau apapun itu? Bila sudah menipis dan menjauhi anda, mungkin ini saatnya berpikir sederhana saja seperti halnya pertama kali anda memutuskan mencintai mereka. Sederhana tanpa embel - embel. Yang lain? Hanya sekedar reward saja atau kesusahan sementara yang tidak perlu dipikirkan.

Selamat kembali ke cinta mula - mula anda.

ps: I love you yesterday, today and tomorrow