Friday, September 2, 2011

Analog

Waktu dan ruang kita berbeda. 
Ku katakan itu saja. Waktu dan ruang memisahkan jarak kita. Waktu dan ruang memisahkan kaki - kaki kita dan kita hanya mampu berdiam mengamati waktu yang terus bergerak dan kita tidak menjadi tuan atas waktu dan ruang kita masing - masing. Kala siang aku berjalan mengejar mimpi dan kala malam dirimu menjemput imajinasi diantara komet dan andromeda.
Jiwa dan jasad kita berbeda lalu sering kita tidak mengerti. 
Kukatakan itu saja. Jiwa kita berjalan dalam keinginannya masing - masing meski berpijak pada bumi yang sama. Jiwamu bergerak bebas dalam untaian masa lalu yang tak mampu dilepas. Dan jiwaku hanya memandang masa lalu sebentar lalu berjalan tak peduli. Dan jasad kita berbeda meski sama - sama dibungkus oleh revolusi yang tanpa sadar melenakan dan menenggelamkan kita dari esensi sebagai manusia.

Kutanyakan saja.
Apakah hati kita masih sama? Harap cinta tak pudar meski dipersimpangan. Meski malu - malu dan sombong kaki kita berlari menjauh. Meski menyangkal diri bahwa ini bukan cinta tapi hanya potongan - potongan klise dalam kekosongan semu yang di isi dalam spot hitam tersembunyi pada otak bawah sadar. Meski tanpa sadar, lagi kita masih harap dan tak lepas dari tali yang sudah kita ikatkan dalam tidur dan tangis yang panjang.

Apakah mimpi kita sama? Bersembunyi malu - malu diantara deretan awan - awan dan terik matahari yang tak bersahabat. Bersenandung diantara pucuk - pucuk daun teh yang mengantar tawa yang tak kekal atau halimun yang bergerak tipis - tipis membuat kita seakan bermimpi tak ada ujung. Atau hujan yang tak kunjung sampai pertengahan tahun dan membuat kerongkongan kita kering.

Namun kita berbeda.