Friday, September 23, 2011

Pikiran, Perasaan atau Hati Anda?

Lima hari yang lalu saya terlibat diskusi dengan salah satu sahabat saya. Karena sahabat saya itu seorang dosen filsafat dan salah satu profesor filsafat yang namanya cukup mumpuni, maka tak heran sebuah tema sederhana bisa menjadi diskusi yang sangat panjang. Dan salah satunya mengenai pengambilan keputusan. Hal yang umum didengar bukan?

Bagaimana cara anda mengambil keputusan atas sesuatu? Apakah berdasarkan pikiran atau logika anda? Berdasarkan emosi atau apa yang anda rasakan? Atau berdasarkan kata hati anda? Mungkin disini saya agak perlu menegaskan sedikit yang dimaksud emosi karena seringkali emosi itu hanya diartikan sebagai kemarahan. Maka sesuai dengan bahasa psikologi (sedikit saja), emosi adalah sesuatu yang anda rasakan yang diakibatkan pengaruh salah satu sistem syaraf anda; entah gembira, sedih, marah, kecewa dan seterusnya. Nah kembali lagi. Ketika anda mengambil keputusan tentang sesuatu, apa yang mendasarinya?

Sambil berdiskusi panjang, saya teringat sebuah percakapan dengan salah seorang yang pernah terlibat bersama saya membangun sebuah usaha namun akhirnya berhenti bahkan sebelum benar - benar memulai tantangannya! Pertanyaan saya cukup simpel. "Lo yakin dengan keputusan elo?" Dan seperti biasa, dengan karakternya yang memang sedikit berapi - api, dia berkata "iya, g yakin. Kata hati gue berkata demikian." Dan respon saya simpel juga (mengutip bahasa seorang sahabat saya: datar), "so, kalau yakin ya diaminkan saja, persisten atas hal itu dan ga usah melihat ke belakang atau menyesal di depan karena mengambil keputusan ini." Entah karena asumsi saya sedang tepat atau memang pengamatan saya yang sedikit valid atas bagaimana caranya mengambil keputusan: Ia mundur. Dan kembali ia berkata, hatinya mengatakan seperti itu. Nah loh. Jadilah saya sedikit merenung apakah sedemikian mudahnya kata hati berubah - ubah?

Kembali ke diskusi dengan sahabat saya yang filsafat itu (untungnya saya sedikit menyenangi filsafat). Ternyata kita seringkali salah menilai apakah keputusan yang kita ambil benar - benar berasal dari kata hati kita. Salah satu teman pernah berkata kalau anda merasa nyaman dengan keputusan anda, maka itulah kata hati anda. Saya sedikit tidak setuju. Begitu juga sahabat saya itu. Menurut sahabat saya dengan bahasa filosofisnya, kata hati itu adalah perpaduan antara pikiran, perasaan dipadu dengan norma - norma kebaikan yang diajarkan dengan nilai kehidupan anda. Jadi kalau hanya sebagian saja, ya perlu hati - hati. Dan mengenai kasus teman saya tadi, ya sesungguhnya keputusan yang ia buat hanya berdasarkan perasaannya saja. Dan perasaan dibentuk berdasarkan asumsi atas pengalaman yang ia rasakan sebelumnya. Nah, semakin ribet saja bahasanya. Ya memang kasus ini sedikit ribet sama seperti cara kita berpikir dan merasa yang memang ribet dan sering menyusahkan orang lain :D.

Contoh lain begini (semoga lebih mudah disimak): Bila anda seorang pekerja atau mungkin orang yang duduk di pemerintahan, anda tentu tahu bahwa menerima suap, apapun bentuknya itu tidak benar. Pikiran anda, dengan data - data yang anda miliki mengatakan "hei, itu salah loh. Kalau elo ambil, itu korupsi." Lalu emosi atau perasaan anda memberi rasa deg - degan, takut, gelisah ditambah dengan nilai kehidupan agama anda yang mengatakan "jangan mencuri" akhirnya anda memutuskan untuk tidak mengambilnya. Itu kata hati anda. Lalu kasus lain dengan situasi di atas. Pikiran anda bersahutan di otak anda "hei itu salah" lalu pikiran yang lain berbicara "iya, tapi kalau elo ambil, elo bisa beli rumah. Kan elo belum punya rumah." "Jangan, itu salah. Agama bilang elo mencuri" katanya lagi. "Ga papa sesekali, ntar kan istri lo seneng." Dan perasaannya takut, gelisah, dan seterusnya. Ia mengalami dilema. Bila mengambil lalu ketahuan, maka ia mencuri atau korupsi. Kalau tidak ketahuan, ya si istri senang karena akhirnya bisa punya rumah. Lalu ia ambil keputusan untuk mengambilnya. Di awal pengalamannya ia merasa tidak nyaman. Sekali, dua kali, tiga kali. Akhirnya suara yang mengatakan jangan lakukan itu tertutup dan tergantikan dengan suara yang lain "ambil saja". Sekarang siapa yang menguasai anda?

Atau ketika anda mengambil keputusan yang memang menyenangkan dan memberi kepuasan terhadap emosi anda namun memberikan kesedihan dan dampak negatif lain bagi orang lain, mungkin saatnya kita interospeksi diri apakah keputusan yang kita ambil sungguh - sungguh berasal dari kata hati kita, pikiran atau perasaan kita yang kita pikir itu adalah suara hati kita?

Trus gimana dong membedakan yang omong itu suara hati kita atau bukan? Saya tidak tahu anda. Namun ini hasil diskusi saya dengan sahabat saya. Ketika suara hati anda atau tidak yang mempengaruhi anda dalam mengambil keputusan, maka anda bisa melihat dari buah - buahnya. Suara hati akan menghasilkan buah yang baik; tentu saja tidak merugikan orang lain, tidak mengambil keuntungan atas orang lain, malah membawa kebaikan, berkah, perubahan yang baik dan memberi keuntungan yang baik bagi orang lain pada akhirnya. Pikiran atau perasaan anda saja (karena manusia seringkali egois dan individualis) akan ada orang yang dirugikan, tepatnya banyak dan seringkali pada akhirnya anda membawa diri anda kedalam kejatuhan (jadi jangan bilang Allah sedang memberikan cobaan bagi anda padahal anda yang membuatnya sendiri). Dan rasanya anda lebih tahu dari saya mengenai ini.

Jadi menurut anda, apa yang mendasari keputusan anda melakukan sesuatu selama ini? pikiran anda? perasaan anda? atau kata hati anda? Ingat saja. hati tidak pernah berbohong. Namun saking lembutnya tuh suara hati, ia mudah kalah or tertutup dengan pikiran dan perasaan anda yang selalu ingin menang sendiri. Kalau suara hati mulai tumpul dan telinga jiwa anda tidak bisa mendengar lagi, mungkin saatnya sekarang mengosongkan diri dari keinginan - keinginan anda yang sebenarnya merugikan orang lain namun anda pikir tidak.

Salah satu hint : seringkali suara hati anda membuat anda membuat keputusan yang tidak populer ditengah - tengah kondisi sekarang yang semuanya serba mengarah kepada "keakuan"

Hai suara hati, semoga bangkit kembali hari ini :D