Saturday, January 19, 2013

Kejujuran hati

Apa makna sebuah kejujuran? Kita, mungkin saya begitu mudah berkata kepada orang lain, "jujurlah". Namun seberapa mampu kita benar - benar jujur?

Seberapa sering kita tidak jujur dengan alasan supaya tidak melukai perasaan orang lain? Dan kita, mungkin saya berusaha mengatakan apa yang ingin didengar orang lain. Mungkin anda tidak, tetapi saya. Kita terlalu sering menggunakan topeng itu, bukan? Mungkin anda tidak, tetapi saya. Dan tanpa disadari, kita berulah dari satu kebohongan kepada kebohongan yang lain. Lalu kita, tepatnya saya semakin absurd membedakan mana yang merupakan kejujuran dan mana yang sesungguhnya kebohongan.

Kata orang mata adalah jendela hati dan ketika kita mulai tidak jujur dengan lawan bicara kita, tatapan mata kita beralih pandang kepada yang lain. Atau lalu mungkin karena begitu pintarnya kita menutupi kebenaran, lalu kita membuat ketidakbenaran menjadi sebuah kebenaran. Mungkin anda tidak, mungkin saya.


Lalu saya merenung. Seberapa seringkah saya hidup jujur, apa adanya? Tanpa topeng, tanpa pencitraan, tanpa ucapan yang dibuat - buat untuk menyenangkan orang lain? Atau saya lebih sering berusaha untuk sebuah pencitraan supaya dipandang mulia, indah, suci dan hal - hal baik lainnya? Atau malah saya mengosongkan diri kepada kepenuhan Ilahi yang membawa pribadi menuju individu yang seutuhnya, tanpa label apapun?

Maka, ketika saya menemukan diri tidak utuh, saya menarik diri dan mengunci lahiriah saya menuju yang batiniah. Ketika saya mulai ingin dilihat, maka saya mulai menarik diri kepada kekosongan lahiriah. Ketika saya mulai berusaha menyenangkan orang lain dengan kata dan perilaku saya, maka saya mengunci emosi dan perasaan saya untuk menemukan identitas yang sejati.

Lalu sudahkah saya berlaku jujur kepada diri saya sendiri? Mungkin buat anda mudah. Buat saya? Saya yang sesungguhnya pribadi lahiriah dan menuju manusia batiniah masih bergulat oada kejujuran pribadi. Bukan karena takut dosa atau masuk neraka atau karma atau sebutkan apapun itu. Saya hanya berusaha menjadi pribadi yang seutuhnya tanpa label. Tanpa pencitraan. Tanpa apapun. Sebagai manusia seutuhnya saja.

Maka pertanyaan saya kepada diri kita masing - masing, mungkin lebih tepatnya saya. Sudahkah kita mampu jujur dan transparan? Terutama kepada diri kita sendiri?