Wednesday, January 23, 2013

Terpisahkan Karena...

Mengapa terjadi perpisahan? Mengapa terjadi perpecahan?
Pagi dihari libur. Saya, seperti biasa. Bangun pada jam yang sama meski tidur sedikit larut. Dan semalam saya teringat kalimat seorang teman, "kalau salah satunya pindah agama, pasti sudah ga masalah lagi buat menikah." 

Ini mungkin cerita klasik. Tidak bisa bersatu karena beda agama, beda keyakinan, beda tradisi atau sebutlah apapun namanya. Dan klasik pula mengatakan (mohon maaf, ini hanya pendapat pribadi), kalau seseorang itu pindah dari keyakinan agamanya, maka ia disebut murtad. Sayapun bertanya iseng, "lalu kalau yang satunya pindah dari keyakinannya, bukannya juga dianggap murtad oleh kaumnya juga?" Lalu apa bedanya?

Ini baru urusan soal cinta dan komitmen untuk melegalitaskan hubungan pernikahan. Melulu lagi - lagi diusung atas nama agama, suku, ras, tingkat kekayaan, kekuasaan atau apapun sebutannya. Atau berapa banyak lagi harus saya melihat perpecahan sebuah kota, sebuah bangsa hanya karena label agama, suku, ras dan sebagainya itu?

Saya hanya berandai - andai sekarang. Andai dulu moral manusia tidak bobrok, tidak akan ada yang disebut agama dan Allah tidak perlu susah - susah mengirimkan utusannya untuk memperbaiki laku kita. Andai jaman manusia awal dulu manusia baik - baik saja, maka tidak ada perbedaan bahasa, tidak ada beda ras atau apapun sebutannya. Jadilah kita terlalu sering memberi label kepada diri kita sendiri. Apapun kita menyebut label kita itu.

Kenapa harus ada perpisahan kalau sebenarnya bisa bersatu tanpa perlu menghiraukan label yang diberikan orang lain kepada kita? Kenapa harus ada perpecahan kalau sebenarnya perbedaan bisa membuat dunia menjadi lebih berwarna?

Maka ini komentar pribadi saya. Berhentilah hidup dalam label diciptakan oleh kita sendiri ataupun masyarakat, budaya atau tradisi nenek moyang (maaf saya mengatakan ini. Mungkin karena terlalu banyak membaca sejarah, arkeologi, antropologi & sejenisnya). Berapa sering kita sebagai sebuah pribadi, sebagai sebuah keluarga, sebagai sebuah masyarakat atau sebuah bangsa terpecah - pecahkan karena atas nama label atau perbedaan? Kalau bisa saling mencintai, kenapa harus membenci? Kalau bisa saling menghargai, kenapa harus saling mencurigai? Kalau bisa saling mengulurkan tangan, kenapa harus melukai? Kenapa kita tidak bergerak atas nama cinta itu sendiri seperti yang diajarkan Allah melalui utusan - utusanNya?

Dan bila saya ditanya apakah kamu akan pindah agama supaya bisa menikah dengan orang yang kamu cintai? Maka jawab saya sederhana. Mengapa harus mengganti label saya hanya untuk sebuah pernikahan? Bukankah itu malah yang membuat kehidupan menjadi lebih indah? Bukankah dengan begitu kita menjadi saksi cinta Allah terhadap kita? Masih belum dapat jawabannya juga? Saya... secara pribadi bukan orang yang mengkultuskan sebuah label. Jadi kalau memang mengganti label itu memudahkan, ya silahkan saja karena saya tidak pernah memberi label siapa saya, apa yang saya anut kepada diri saya sendiri.

Apa yang membuatmu terpisahkan atau terpecahkan? Cukup kata CINTA saja kuncinya. Kenapa?
Karena CINTA itu....
           Sabar
           Lemah Lembut
           Murah Hati
           Tidak memegahkan diri & Tidak sombong
           Tidak melakukan yg tidak sopan & tidak mencari keuntungan diri sendiri
           Tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain
           Tidak bersukacita karena ketidakadilan tapi karena kebenaran
           Menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar  
           menanggung segala sesuatu

"Mungkin bumi akan lenyap, mungkin pengetahuan akan musnah atau label akan hilang namun CINTA akan tidak pernah berkesudahan"