Saturday, October 2, 2010

Dua Musim

Bibirku tak mampu berkata-kata tentang sebuah mimpi
Hendak kemana arah anginku pergi
Duhai impian, adakah engkau mengerti relung-relung
hati?

Terhenti dalam lamunan saja kehadiran sang anak
manusia
Terhenti dalam bayangan saja sebuah cinta yang tak
bersyarat
Sudah dua musim dan hendak kuhentikan saja

Namun cinta masih saja melekat dalam dada
Andai ku tak perlu bangun dari mimpi
Dan mendapatimu dalam sejuta logika dan perasaan
Kan kulontarkan isi hatiku
Namun semua berbalik...
Yang ada hanya ingatan yang bersembunyi dari benak
anak manusia

Bibirku tak mampu berkata-kata dalam sebuah arti
Menyadarkan artimu dalam intip masa depan
Menguak tak sadarkan arti senyum dan kelembutanmu
Saat dalam sebuah pertemuan tak terencana
Seperti menggali mimpi yang terpendam
Saat aku diam-diam mengamati dan harap engkau mengerti

Satu dua nahkoda kujelajahi berharap temukan pelabuhan
hati
Namun tak kuhindar jua dua musim itu masih melekat
dalam dada
Tak mampu melupakan dan mataku masih menerawang 
Menyaksikan lentera-lentera senyum damaimu
Tuhan, andai saja bisa kuselami arti anak manusia
Biar ku berada dalam damai dan tertidur dalam impian
yang terengguk pasti

Andai waktu berpihak sebentar
Melewati waktu-waktu tanpa harap engkau datang
mengetuk hati
Memutarkan kembali sebuah kenyataan bahwa tak baik
untuk berharap
Dan memunculkan seorang dara dalam hatimu yang ku tahu
Biar itu menjadi sebuah kepastian
Tuk tinggalkan harap merengkuh damaimu
Meski sakit dan berjalan terseok
Biar kulalui saja
Sampai saatnya tiba pelabuhan yang baru
Tuk menggantikan hadirmu meski tak mudah melalui
musim-musim

Satu saja tuk sadarkan aku dari dua musim mengikuti
bayangmu
Sadarkan aku damaimu bukan untukku
Dan senyummu menjadi milik seorang dara
Sesaat saja untuk terakhir kali
Meski bibirku terkatup dan emosi bersembunyi
Hanya tersirat dalam sebuah tulisan-tulisan emosi dan
logika
Beri kesempatan sebentar saja
Satu saja tuk sadarkan aku dari dua musim
Katakan sudah waktunya berhenti bermimpi
Dan hatimu tertutup oleh kehadiranku
Sesaat saja untuk terakhir kali
Hatimu meluap dalam tipisnya kata-kata yang mungkin
aku mengerti
Maka aku akan mundur perlahan menjauhi hari-harimu
Sampai tidak ada lagi kenangan dalam dua musim meski
harap masih ada
Dan biar aku menjadi bingkai yang samar
Tak terjelajahi oleh waktu
Dan saat aku kembali
Yang ada hanya senyum murni untuk damai yang kau beri
bagi seorang dara

"Dua musim" 2003