Thursday, December 30, 2010

Buka mata hati dan telinga

        Buka mata hati telinga
        Sesungguhnya masih ada yang lebih penting dari sekedar kata
        cinta ooo..
        Yang kau inginkan tak selalu
        Yang kau butuhkan mungkin memang yang paling penting
        Cobalah untuk membuka mata hati telinga

Kata orang, akhir tahun adalah saatnya merefleksikan diri apa yang terjadi satu tahun lalu. Aku adalah salah satu orang yang juga turut serta tradisi ini. Sambil 'kembali ke belakang', lagu Maliq n d'essentials pun memenuhi ruangan. Tertegun sebentar. Dan mulai berpikir apakah aku sudah menggunakan mata, hati dan telingaku? Apakah aku sudah peka melihat orang - orang sekelilingku dan melakukan sesuatu untuk mereka? Apakah aku telah menjadi tangan - tangan Tuhan sehingga kehidupan orang lain menjadi lebih baik?


Pikir punya pikir, rasanya aku tidak ada bedanya dengan penguasa negeri ini. Dingin, tidak peka serta ingin keuntungan pribadi. Lalu apa bedanya aku dengan mereka? Jangan - jangan aku tidak pernah benar - benar memanusiakan manusia? Jangan - jangan mata hati dan telinga ini sudah tumpul karena keegoisan dan keserakahan. Ujung - ujungnya dengan alasan "karena aku menginginkannya".


Aku jadi malu sendiri. Bukan malu terhadap orang lain karena mungkin orang lain sudah berprasangka. Aku malu kepada diriku sendiri. Malu kenapa aku dilahirkan. Malu kenapa aku begitu sering terlihat seakan - akan lebih baik padahal mungkin aku tidak sama baiknya dibanding orang - orang diluar sana.


Jadilah aku merenung. Berapa banyak orang yang terluka karena aku tidak peka? Berapa banyak orang yang tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan karena aku memaksa mendapat apa yang aku inginkan? Atau alih - alih kita berpikir yang kita inginkan adalah bagian dari mimpi kita, akhirnya mengorbankan kebahagiaan orang lain? Benar - benar malu. Ternyata aku belum menjadi lebih baik. Ternyata aku masih memanfaatkan orang - orang disekitarku untuk mencapai keinginanku. Ternyata aku tidak benar - benar menyadari kebutuhan orang lain dibanding keinginanku sendiri.


Yang aku pikir bahwa aku butuh, ternyata ya memang cuma ingin saja. Cuma ego manusia saja. Sebenarnya, aku tidak benar - benar perlu. Berat juga. 


Dan akhirnya, doaku cuma satu: buka mata hati dan telinga, biar makin peka. Tidak hanya omong doang. Semoga