Wednesday, January 26, 2011

hati dan luka

Sebuah pelajaran baru dan aku sangat memahami ini, pada akhirnya. Saat tubuh ini luka dan robek, aku makin menyadari ketika membiarkan hati orang lain terluka. Hati yang luka mungkin sama dengan kakiku yang robek. Rasa sakit yang tidak tertahan dan membuat seluruh tubuhku tidak beraksi seperti yang aku inginkan. Luka dihatimu mungkin seperti rasa sakit ini. Aku memahami bahwa untuk sembuh membutuhkan waktu dan lamanya waktu tergantung bagaimana tubuh kita bereaksi terhadap obat yang kita gunakan.

Saat aku membiarkan luka itu, ia semakin membusuk dan menimbulkan luka baru. Maka aku memberinya obat, merawatnya bertahap supaya luka itu melebar. Seperti luka dihatimu, mungkin. Bila dibiarkan, maka luka itu tidak pernah lagi tertutup. Membesar dan membusuk. Maka ia membutuhkan obat. Seperti aku membutuhkan antibiotik dan antiseptik supaya tidak infeksi, maka sama dengan luka dihati. Bedanya obatnya cuma satu. Memaafkan. Memaafkan orang yang menyakiti hati kita dan memaafkan diri kita sendiri.

Dan pelan - pelan obat itu bereaksi namun kamu tahu, saat obat itu bereaksi, sekujur tubuhmu sakit dan rasanya kamu tidak mau berjalan lagi. Aku jadi enggan menggunakan kaki ini untuk berjalan.
Sama halnya obat untuk luka hatimu. Memaafkan tidak langsung menyembuhkan luka dihatimu tapi ia berjalan perlahan dan lagi akan diingatkan rasa sakit itu. Lagi dan lagi sampai akhirnya luka itu mulai kering dan tumbuh jaringan yang baru.
Sama dengan hatimu, pelan - pelan akan pulih dan sanggup lagi berdiri sama seperti kakiku yang pelan - pelan mulai bisa digunakan.

Kamupun akan pulih meski mungkin tetap meninggalkan bekas. Seperti aku berusaha menghindari kejadian yang sama, dengan sedikit trauma dan terlalu takut memulai langkah lagi. Karena aku tidak mau terluka lagi. Terluka tidak pernah menyenangkan. Seperti kamu, menjaga hatimu bak emas supaya tidak terluka lagi. Meski luka itu tidak bisa dihindari karena kita berada dalam putaran kehidupan.

Dan luka itu meninggalkan bekas. Sama seperti luka hatimu yang tidak akan pernah hilang. Dan aku mengerti perasaanmu untuk tidak ingin lagi terluka untuk kesekian kalinya. Seperti aku tidak mau tubuhku terluka untuk kesekian kalinya. Hanya saja, aku berusaha bangkit. Tidak apa bila harus terluka asal aku bisa memaknai kehidupan dengan lebih baik dan aku memiliki mata lain untuk masa depan yang kuhitung.

Catatan di bulan juli