Thursday, January 6, 2011

Sajak itu...

Sajak adalah kehidupan; mengungkap isi hati anak manusia. Kadang sangat sulit mengungkapkan perasaan saat berbicara. Terlalu sering apa yang aku katakan tida sesuai dengan apa yang aku pikirkan. Namun, itu bisa menjadi kekuatan yang luar biasa saat diungkapkan melalui tulisan. Ada makna yang dalam dan keluar. 
Siapa yang menyangka seorang yang sangat pendiam dan lembut merupakan harimau bagi sesamanya dan siapa yang menyangka seorang yang kasar dan sama sekali tidak mempesona sanggup mengubahkan dunia. Ini adalah fenomena yang berurut yang terus menerus berulang hendak diartikan satu persatu. Menurutku, semuanya sama.

Siapa memakan siapa dan siapa menolong siapa. Orang menyebutnya hukum keseimbangan. Sikap adalah bayangan dan tingkah laku adalah bayangan juga, siapa yang dapat menyelaminya? Segalanya adalah mungkin dan segalanya adalah absurd. Cinta, kegelisahan, keadilan, semua tidak terdefinisikan. Yang ada hanyalah batasan-batasan dari masing-masing makna itu sendiri.

Kembali kunyatakan sebuah sajak untukmu yang penuh dengan pertanyaan yang aku sendiripun tidak mengerti. Sajak yang bersinonim. Sajak yang juga penuh dengan pergulatan kata yang saling beririsan. Itulah manusia; mengungkapkan dengan banyak cara sehingga kata sajak dikumandangkan dimana-mana. Ada yang mengerti dan mencermati. Ada juga yang hanya memadang sebelah mata. Semua kembali kepada interpretasi yang terus menerus berkesinambungan tanpa titik akhir yang tentu. Semua sama, semua indah bila dilihat dengan mata yang sama. Sajak pun begitu. Bagaimana anda melihatnya, begitu pula ia memiliki arti.

Apakah arti sajak bagiku? Entahlah. Yang aku tahu hanya mengungkapkan dan aku tidak tahu apakah ini sama dengan sajak. Siapa sajak pun, aku tidak tahu. Yang terurai hanya isi kepalaku yang tidak pernah berhenti menyampaikan keluh kesah anak manusia. Mungkin si sajak pun sudah enggan memandangku. Kata-kata yang sarkastis, cinta yang tertutup atau mimpi yang tertunda terurai dalam benang-benang kusut yang menghimpit.

Andai saja sajak bisa mewakili setiap kata hati manusia maka aku akan mendapati semua orang mengenal sajak dan berangkat dari sajak itu sendiri dan sang sajak akan menemukan dirinya sendiri.
Sajakku tidak berakar dan tidak berujung. Ia tidak dikenal dan ia tidak ingin mengenal. Yang terpenting adalah ia ada, bukan absurd menurutku. Sang sajak hidup dan menguat dalam serpihan-serpihan ingatan masa laluku; mengenal pengetahuan dan menjadi mati akibat pengetahuan itu sendiri.

Ku pikir, kuhendak berhenti tentang sajak. Kata-kataku bergulir deras tapi tak berujung juga . berhenti kemudian lanjut menyimak detak kehidupan dan menghidupkan si sajak kembali andai aku dapat. Aku terpaku didepan mahluk yang bergerak ini, menyusun setiap kata-kataku tanpa aku sadari. Yang adalah sajak dan sajak. Aku ingin berhenti tapi sajak masih saja terngiang-ngiang ditelingaku. Heummm, hendak berhenti sesaat menjemput impianku dan menginggalkan saja sebagai bayangan semu sebagai wakilku.

Sekarang aku akan diam, mengosongkan isi kepalaku dan sajak-sajak lain terdengar dibalik kepalaku, diluar kendali makna manusia. Dinding kaca ini hanya diam membisu.