Jika aku mencintai, lalu mengapa aku menyakiti.
Atau setidaknya merasa bahwa aku menyakiti.
Jika aku menyayangi, lalu mengapa aku melukai.
Atau setidaknya ada luka yang tergores lagi karenaku.
Jika aku adalah aku, lalu mengapa aku melakukan apa yang tidak ingin kulakukan.
Apakah aku berpikir benar? Atau ini hanya perasaan belaka.
Aku bodoh. Lemah. Miskin. Dan bodoh lagi.
Rasanya menyenangkan.
Memaki diri sendiri, mungkin itu akan menjadi hobiku.
Setidaknya aku melakukan sesuatu.
Walaupun itu bodoh…
Tapi itu aku. Bodoh.
Bantal lembut, air hangat, rumput hijau, dan ayam goreng pun
Dapat menjadi berbahaya di tangan orang bodoh.
Lucu. Bodoh. Pedih. Lucu. Tangis.
Luas. Terdampar di lautan kesalahan, yang begitu pekat.
B
ahkan Yudas pun tak akan memerlukan iman untuk melangkah di atasnya.
Justru perlu iman untuk bisa tenggelam ke dalamnya.
Apakah aku berpikir benar? Atau ini hanya belaka perasaan?
Apakah aku benar berpikir? Atau perasaan ini hanya belaka?
Apakah aku berpikir? Benar, ini hanya perasaan belaka.
Atau?
Apakah aku benar? Berpikir ini hanya perasaan atau belaka? Apakah aku? Atau perasaan ini benar? Hanya berpikir belaka.
Lalu, apa untungnya?
Tidak tahu.
Aku hanya bingung. Tidak ada jawaban.
Aku butuh jawaban.
Tapi jawaban tidak butuh aku.
Atau aku butuh jawaban ‘tidak’?
Si punguk merindukan bulan. Terlalu bagus kedengarannya.
Si kunyuk merindukan bulan. Nah, begitu dong…
Terdengar begitu… aku.
Ya, kurasa aku benar-benar tersesat kali ini.
Aku harus keluar.
Tapi bagaimana?
Bagaimana? Aku terlampau lelah.
Bisakah kau berbicara sedikit lebih keras?
Apakah retinaku sudah melemah sehingga sulit untuk mendengar?
Ah, memang aku terbiasa mendengar dengan mataku.
Maaf.
Apakah aku berpikir benar? Atau ini hanya perasaan belaka?
Aku melayang. Rendah. Berusaha menapak bumi,
Dan sekaligus matahari di langit yang malam.
Kekacauan.
Sampai kapan?
"seorang sahabat"
