Friday, June 3, 2011

Bekerja dari Hati

Dalam banyak sesi konseling dan sepanjang proses wawancara bagi karyawan baru, seringkali tergelitik untuk mengajukan pertanyaan, "apa alasan anda menyelesaikan suatu pekerjaan?"
Dan tentu saja, bermacam variasi jawaban yang akan dilontarkan. Dan biasanya jawaban yang saya dengar adalah karena tanggung jawab.

Bagaimana dengan Anda?

Dan cukup banyak juga saya menemukan situasi (di banyak perusahaan juga tentunya) bahwa hampir sebagian besar karyawan mengeluh mengenai pekerjaannya, enggan terhadap tanggung jawab yang diberikan, memaki atau sampai bergosip mengenai atasannya yang dianggap tidak mampu dan mau enaknya saja.

Bagaimana dengan Anda?

Dan kenyataan pula, mereka yang saya sebutkan di atas juga menyelesaikan pekerjaan mereka. Ada yang hasilnya tidak memuaskan, biasa - biasa saja atau bahkan sangat memuaskan. Tapi apakah hasil tersebut mencerminkan bahwa mereka mencintai pekerjaan mereka?

Jawabannya, tidak juga.

Ada yang karena gila kerja. Ada yang karena ingin mendapatkan bonus, kenaikan gaji atau kenaikan jabatan atau supaya dianggap karyawan yang baik (meski tentunya dibelakang atasan juga memberikan makian yang tidak pantas).

Bagaimana dengan Anda?

Satu kutipan yang sangat berkesan sampai dengan hari ini dalam sebuah ayat alkitab : "lakukan segala sesuatu dengan segenap hati seperti kamu melayani Tuhan, bukan melayani manusia." atau bahasa sederhana lain yang mungkin sering diucapkan : "bekerja sebagai ibadah." 

Namun, kenyataannya, terlalu sering kita, termasuk saya, bekerja untuk sebuah alasan eksternal: untuk dipandang, untuk dipuji, untuk kekayaan, untuk mengisi kekosongan, dan lain - lain. Dan tentu saja, Anda yang tahu sejujurnya motivasi Anda bekerja dan apakah dasar Anda bekerja.

Bila kita melakukan segala sesuatu (termasuk bekerja) adalah untuk Allah, maka rasanya tidak lagi akan kita dengar karyawan kecewa terhadap atasan, atasan kecewa terhadap bawahan, karyawan tidak puas dengan perusahaan, menyelesaikan pekerjaan sambil bersungut - sungut, memaki atau tidak rela orang lain menempati posisi atau gaji yang lebih tinggi dari kita.

Bila dasar kita adalah melakukan segala sesuatu untuk Allah, maka apapun yang kita lakukan, maka kita akan melakukannya dengan segenap hati tanpa berharap imbalan. Sama seperti ibadah, bila Anda melakukannya untuk mendapatkan pahala, rasanya kita sudah tidak bijak memperhitungkan segala sesuatu atas keinginan kita sendiri.

Bagaimana dengan Anda?

Cork&Screw, 3 Juni 2011