Saturday, June 4, 2011

Susahnya disiplin

Kalau ingin tahu bagaimana susahnya berdisiplin, mari berkaca kepada diri sendiri. Mungkin diri kita sendiri yang sebenarnya paling tidak berdisiplin dibanding orang lain yang dengan mereka, Anda begitu seringnya menghakimi. Mari kita coba bengecek komentar kita tentang orang lain, ya bilang ga becuslah, bilang ga bisa diatur lah, bilang ga disiplin lah, dan lain sebagainya.
Seperti halnya berkendara, misalkan Anda mengendarai mobil, berapa sering Anda dibuat sewot oleh sesama pengemudi mobil yang menyalip jalan Anda, melihat pengendara yang menggunakan trotoar karena macet atau melihat mobil pejabat masuk kedalam jalur busway karena merasa lebih penting dan ingin didahulukan? Lalu Anda kemudian berkata betapa tidak disiplinnya mereka. 

Sekarang mari kita berkaca kepada diri kita sendiri. Seberapa sering kita berdisiplin? Bila Anda adalah seorang pekerja, berapa sering Anda terlambat atau menggunakan istirahat siang hanya sekedar untuk leyeh - leyeh padahal Anda sendiri tahu berapa lama Anda diberikan hak beristirahat? 

Bila Anda seorang pengendara, seberapa sering Anda menyalip kendaraan lain dan masuk jalur busway yang sebenarnya bukan hak Anda atau menerobos lampu merah karena alasan tidak mau terlambat? Atau menggunakan jalur yang sebenarnya bukan hak Anda?

Bila Anda seorang mahasiswa, berapa sering Anda membolos dan membiarkan diri berleyeh - leyeh dikantin dan mengabaikan tugas Anda sebagai seorang mahasiswa?

Atau silahkan Anda sebutkan satu persatu.

Sayapun demikian. Seringkali saya mengatakan kepada diri saya sendiri untuk berdisiplin, terutama yang menyangkut diri sendiri, susahnya bukan main. Sama halnya membiarkan diri terjerat dalam sesuatu yang oleh agama disebut dosa tapi tetap saja tidak keluar dari zona tersebut dan tetap leyeh - leyeh dengan keadaan semula.

Sama seperti halnya saya mengatakan mengopi secangkir sehari, namun kenyataannya aku bisa meminum kopi lima cangkir sehari atau salah satu sahabat terdekatku yang sudah bernazar (berat benar) untuk tidak merokok, nyatanya ia masih merokok tiga bungkus sehari. Atau aku bertekad berolahraga minimal 20 menit setiap hari, nyatanya aku lebih memilih leyeh - leyeh ditempat tidur daripada berolahraga. Atau yang lainnya lagi, aku mengatakan untuk mengkonsumsi makanan sehat saja, tapi seringkali aku mengkonsumsi junkfood secara berlebihan.

Mulailah aku berpikir, untuk apa aku teriak ke orang - orang disekitarku untuk berdisiplin padahal aku sendiri boro - boro bisa mendisiplinkan diriku sendiri? Sama halnya pemimpin - pemimpin yang berteriak dengan lantang kepada para pengikut atau bawahannya untuk tidak korupsi, ternyata ia sendiri korupsi waktu dengan mencari sampingan ditempat lain.

Bagaimana dengan Anda?