Sunday, August 14, 2011

Refleksi pagi

Malam - malam, seorang teman lama mengirim pesan singkat melalui blackberry. Inti dari pesan itu adalah ia kecewa terhadap saya dan merasa saya tidak berkomitmen dengan apa yang saya pegang dan saya mentwit kata - kata yang memojokkannya. Berpikirlah saya, apa yang sudah saya katakan. Saya membacanya berulang - ulang dan tidak merasa ada yang salah.
Lalu saya teringat ucapan saya kepada salah satu teman dekatnya yang buat saya biasa saja, sebagai sebuah ungkapan fakta ternyata dianggap mempermalukan orang tersebut. Lagi saya berpikir dan mengevaluasi diri saya.

Ternyata mulut saya yang hanya satu ini sering tanpa sadar mengucapkan sesuatu tanpa berpikir panjang. Ternyata apa yang kita anggap biasa, buat orang lain menjadi luar biasa menyakitkan. Sedangkan saya, tetap tenang - tenang saja seperti tidak ada masalah. Mungkin karena nurani saya berpikir, saya tidak punya maksud untuk menjatuhkan.

Dan hasil pesannya itu, saya memilih tidak berkomentar. Namun setidaknya, saya berusaha mengambil pelajaran atas setiap kejadian, termasuk ini.

Pertama, saya tidak bisa mengendalikan persepsi orang tentang saya, apa yang saya lakukan. Salah seorang sahabat pernah berkata, ketika seseorang sudah memblok dirinya bahwa anda negatif, apapun perkataan positif yang anda lontarkan akan tetap dipandang negatif. Dan saya tidak menyalahkannya. Karena sikap seseorang dipengaruhi masa lalunya dan bagaimana ia berespon terhadap masa lalunya. Apa saya memandang negatif mengenai responnya? Tidak. Buat saya, ya dia tetap teman saya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ketika saya memilih tidak berkomentar, mungkin dia juga akan berpikir tertentu tentang saya. Namun lagi, ini pilihan dan siapa yang bisa mengekang seseorang mempersepsikan sesuatu tentang kita?

Kedua, anggapan perlakukan orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan mungkin bukan slogan yang tepat untuk segala situasi. Seringkali kita harus banyak belajar bagaimana memperlakukan orang lain sebagaimana mereka ingin diperlakukan. Istilah lainnya, berusaha memahami jalan pikirannya (meski kita bukan cenayang). Kalau saya tipe orang yang cuek, tidak peduli apa kata orang, bahkan ketika orang lain berkata yang tidak enak ditelinga, saya ya tetap saya. Tapi mungkin tidak dengan orang lain. Bila saya tidak membutuhkan pujian dari orang lain, mungkin orang lain membutuhkan pujian lebih banyak. Atau bila anda santai saja ditegur dimuka umum tapi orang lain mungkin berpikir anda hendak menjatuhkan reputasinya.

Ketiga, jangan menggantungkan sepenuhnya harapan anda kepada orang lain, apapun bentuknya. Hanya anda yang mampu memberi penghargaan tertinggi atas diri anda. Ketika harapan itu diletakkan berlebihan, anda akan mengalami kekecewaan saat apa yang anda harapkan tidak tercapai.

Keempat, mungkin anda berkata, saya memaafkan tapi tidak akan melupakan. Sebenarnya yang sesungguhnya kita respon adalah kita belum memaafkan orang tersebut. Kita tetap memendam kesalahan orang lain dan tanpa sadar kita menunggu orang tertentu melakukan kesalahan yang sama lalu kita akan membenarkan diri kita, "tuh kan, ternyata dia ....".

Jadilah saya berpikir, haruskah saya marah, mendendam, membiarkan oranglain menumpahkan kemarahan kepada saya karena apa yang dipendamnya terhadap oranglain? Yang pasti saya tidak pernah mau menjadi kran penyalur amarah orang lain dengan membiarkan diri saya tersulut kemarahan akibat kata - kata orang tersebut.

Kelima, saya tidak sempurna, andapun tidak. Seringkali karena banyak hal yang harus kita lalui membuat kita hidup dalam kelemahan kita. Saya tidak membenarkan diri saya karena saya tidak sempurna. Karena saya yang tidak sempurna, saya juga tidak mau menghakimi perilaku orang lain maupun sikap orang lain karena ketidaksempurnaannya. Meski kita lebih mudah melihat dan menghakimi kesalahan orang lain padahal mungkin kita berbuat yang lebih jahat kepada orang lain tanpa kita sadari dan seakan - akan kita lebih benar dari orang tersebut. Bahwa ternyata kita malah tidak lebih adil daripada orang yang kita adili.

Keenam, jaga mulut anda, apapun kepribadian anda. Seringkali kita kita tidak mampu mengekang diri kita dibanding orang lain. Apa yang anda pikir tidak menyakitkan, akan dinilai terbalik oleh orang lain. Mirip dengan hukum magnet. Dan mungkin apa yang anda katakan akan berbalik menyerang anda.

Terakhir, tidak ada. Yang saya tahu kita semua berusaha untuk melalui kehidupan ini dengan langkah - langkah terbaik yang bisa kita lakukan. Jadi kenapa harus bersusah - susah berpikir yang tidak perlu yang hanya menyusahkan hati dan jiwa kita?